Selasa, 10 Maret 2009
Yang Muda Yang Bertaqwa
Suatu hari Ir. Soekarno pernah berkata : "Berikan kepadaku 1000 orang tua aku sanggup mencabut Semeru dari uratnya. Tapi berikan kepadaku 10 pemuda, maka aku sanggup menggoncangkan dunia.”
Kalian tentu tidak asing dengan kata-kata itu. Sebuah ungkapan yang sederhana namun penuh makna. Kalimat yang singkat, namun bertenaga. Ada pesan yang ingin disampaikan, bahwa dalam diri generasi muda ada kekuatan besar yang mampu mengguncang dunia.
Remaja, pemuda, adalah aset yang sangat strategis yang menjadi harapan umat. Masa muda adalah tahapan hidup yang paling potensial. Masa remaja merupakan masa memuncaknya potensi, baik potensi fisik maupun potensi akalnya. Kehidupan kaum muda begitu dinamis dan selalu menginginkan perubahan. Mereka menginnginkan keadaan yang lebih baik bagi kehidupan dan perikehidupannya. Manakala potensi ini dimaksimalkan, dimunculkan dengan cara yang sebaik-baiknya, akan tercipta sosok generasi yang akan mengukir sejarah peradaban manusia, mengubah keadaan dunia menuju kegemilangan peradaban.
Sejak dahulu hinga sekarang, dan di masa mendatang, pemuda merupakan pilar utama dalam setiap kebangkitan. Kehadiran pemuda adalah sebagai agen perubahan. Peran serta dan sumbangsihnya tidak akan pernah “tercecer” dari perjalanan zaman. Hasan Al Banna mengatakan bahwa pada setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Pada setiap pemikiran, pemuda adalah pengibar panji-panjinya.
Rasulullah pun senantiasa memberikan perhatian khusus kepada para pemuda. Banyak diantara sahabat beliau adalah pemuda, kegemilangan dan prestasi yang telah mereka ciptakan sangat memukau dan dijadikan teladan. Ketika beliau diangkat menjadi Rasul dalam usia 40 tahun, hampir semua pengikutnya adalah para pemuda. Ia lebih tua dua tahun dari Abu Bakar, empat tahun lebih tua dari Umar bin Khattab, dan hampir semua sahabat pada masa awal adalah pemuda. Kita melihat sosok Ali bin Abi Thalib yang dalam usia 12 tahun telah berjuang bersama Rasulullah SAW menyebarkan Islam. Kita pun bisa melihat sosok Bilal bin Rabah seorang hamba sahaya yang masih muda, yang tabah menghadapi siksaan. Demikian pula Amar bin Yasir, Abu Dzar Al-Ghifari, Mas'ab bin Umair, Zaid bin Haritsah, atau Ja'far bin Abi Thalib, semuanya adalah pemuda.
Mengapa demikian?
Saat-Saat Meraih Bintang
Mereka, para pemuda dan remaja dengan segala potensi yang dimiliki saat itu, berada dalam posisisi memuncak. Dengan ketajaman akal dan kekuatan fisik, para pemuda adalah sosok yang tak pernah berhenti bergerak. Dinamisme itu, memaksa mereka terus mencari hal-hal baru. Di dalam diri mereka selalu dipenuhi berbagai macam idealisme. Hal ini didukung oleh karakter remaja dengan semangat berapi-api, pantang menyerah, dan “penuh kepolosan”. Kepolosan itu mengantarkan mereka menjadi sosok yang tangguh, yang selalu dibakar oleh kekuatan iman dan kekuatan fisik yang mengelora. Meskipun tak jarang, kepolosan itu membuat pemuda terjebak oleh hal-hal yang sifatnya negatif. Menurut salim A. Fillah usia remaja adalah “fase lembab manusia”. Ibarat tanah yang lembab, apapun memiliki kesempatan tumbuh dari kelembababn itu, apakah itu jamur beracun atapun pepohonan yang bermanfaat. Saat itu, sisi kekanakan menajam dan kedewasaan menjanin. Segala sesuatu menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Agar kelembaban itu tak menjadi sia-sia. Agar kelembaban itu menjadi awal terpancangnya ketegaran keyakian sejati.
Rosululloh SAW bersabda:
Saya wasiatkan para pemuda kepadamu dengan baik, sebab mereka berhati halus. Ketika Alloh mengutus diriku untuk menyampaikan agama yang bijaksana ini, maka kaum mudalah yang pertama-tama menyambut saya, sedang kaum tua menentang saya.
Perjuangan Ini Bukan Tanpa Hambatan
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: 'Kami telah beriman' , sedangkan mereka tidak diuji lagi?" . (Al-'Ankabut:1-2).
Sebagai agen perubahan, seorang pemuda tidaklah cukup dengan beretorika dan beridealisme, akan tetapi diperlukan sebuah tindakan nyata sebagai wujud keseriusan dalam berjuang. Perjuangan untuk sebuah perubahan besar tidaklah mudah untuk dilewati. Tentu, jalan yang akan dilalui tidaklah semulus yang dibayangkan. Di sana sini, akan dihadapkan oleh hambatan dan rintangan, onak dan duri, serta musuh yang mengintai dari tempat yang tersembunyi.
“jalan kebenaran, tak akan selamanya sunyi, ada ujian yang datang melanda, ada perangkap menuju mangsa” (saujana)
Semakin besar perubahan yang diinginkan, semakin besar pula tantangan yang harus dihadapi. Dibutuhkan pula pengorbanan yang tidak sedikit jumlahnya. Kesungguhan para pemuda kembali di uji. Sampai dimanakah batasan kemampuan mereka untuk mengubah keaadan, untuk memperbaiki carut marut dunia, sampai dimanakah komitmennya di dalam menyampaikan kalimat Alloh di muka bumi ini. Agar mereka dapat menyadari bahwa di dalam kesulitan itu, ada romantisme yang mengantarkan menjadi sosok pejuang sejati.
Keseriusan dalam berjuang, akan membawa hikmah dalam hasil. Kematangan dalam jiwa, akan membawa bunga dalam akhlak. Ketajaman dalam akal, akan membawa belati dalam fikir. Keramahan dalam senyum, akan membawa bahagia dalam hati.
Perlu diingat saudaraku, dalam perjuangan akan begitu banyak tantangan ataupun musuh yang akan dihadapi. Musuh-musuh itu akan datang dari arah mana saja bahkan dari tempat yang tak terduga. Terkadang mereka menyerang dari tempat yang tersembunyi. Maka, waspadalah! Waspadalah wahai pemuda! Jangan sampai dirmu terjebak perangkap musuh atau engkau takkan mampu bangkit lagi!
Setidaknya ada dua lawan yang harus dikalahkan. Pertama adalah tantangan yang datang dari dalam diri mereka sendiri. Tantangan itu berupa kelabilan, sikap emosional, ketergesaan dan “kepolosan”. Kepolosan itu sering kali membuat mereka tertipu, menghanyutkan diri dalam maksiat dan kenistaan hidup. Godaan yang datang sungguh terasa begitu berat. Mengendalikan nafsu bagi seorang pemuda tidaklah gampang. Potensi kekuatan akal dan pikirannya harus mampu mengalahkan kelabilan jiwa dan nafsu keduniaan yang menggebu. Sebagai penghargaan Alloh SWT berfirman, “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhan-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya) (QS: An Nazi’at : 40-41)”
Tantangan kedua adalah tantangan yang berasal dari lingkungan sekitar. Tantangan itu berupa keadaan yang tidak mendukung. Keadaan itu antara lain, medan yang buruk, minimnya sarana dan prasarana, terbatasnya dukungan dana dan sumber daya manusia, hingga penolakan dari kaum yang telah mapan (status quo). Selama perjuangan itu untuk menegakkan kebenaran, sedikitpun, mereka tidak boleh merasa gentar. Perjuangan itu harus diselesaikan, walau nyawa harus dipertaruhkan.
....seandainya mereka mampu meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan (dakwah) ini, maka sekali-kali aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkannya atau aku yang binasa karenannya". (al hadist)
Karena Waktumu Begitu Singkat
Masa remaja adalah saat yang sangat penting. Para remaja telah meninggalkan masa kekanakan yang terus beranjak semakin kuat, dan belum berjumpa dengan segala kerentaan masa tua. Saat kemampuan memuncak, sudah sepantasnya digunakan dengan sebaik-baiknya. Karena usia muda tidaklah lama, kekuatan yang ada tidaklah selamanya ada. Perlahan kegagahan itu akan segera beranjak dari tempatnya. Sedikit demi sedikit masa-masa penuh gairah itu segera pergi dan akan digantikan dengan kerentaan masa tua. Terkadang para pejuang itu lupa, bahwa dunia ini fana, dan mereka harus segera mencari pengganti. Alloh SWT berfirman;
“Demi masa, sesungguhnya menusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran (Q.S. Al ‘Ashr: 1-3)
Begitu pentingnya masa-masa muda, Rosululloh SAW bersabda:
Raihlah lima perkara sebelum datangnya yang lima. Masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, kesempatanmu sebelum sempitmu, dan hidupmu sebelum matimu (HR. Muslim)
Maka, waktu untuk besantai telah usai saudaraku, kewajibanmu lebih banyak dari waktu yang ada. Lakukan apa saja yang engkau bisa, demi sebuah perubahan. Mulailah dari diri sendiri!, dari hal yang terkecil!, dari sekarang!. Karena, tugas itu begitu mulia, semulia para syuhada yang syahid di medan laga. Jemputlah panggilan itu selagi bisa, sebelum engkau menjadi tua, sebelum sang waktu terhenti dari peredarannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar