Jumat, 20 Maret 2009
Sultan Al Malik An Nashir Salahudin Yusuf Al Ayyubi
Sejak lebih dari 1500 tahun lamanya terjadi perseteruan antara ketiga agama besar di dunia ; Islam, Kristen dan Yahudi. Masing-masing mengembangkan fanatisme agama yang kurang lebih sama ; Yahudi dengan Erezt Yisrael, Kristen dengan Crusade, dan Islam dengan Jihad fi sabilillah.1.) Yerusalem atau tepatnya masjid Al Aqso adalah daerah yang menjadi perebutan antara ketiga pemeluk agama. Perebutan atas wilayah tersebut kemudian berkempang menjadi sebuah konfrontasi fisik yang lazim di kenal dengan Perang Salib atau Crusade. 2.)
Pada mulanya perang salib diserukan oleh paus urban II, pada konsili Clermont, 25 November 1095 M. Di hadapan para pendeta, ksatria, dan orang-orang miskin, Paus Urban menyerukan perang suci melawan Islam. Khotbah paus Urban segera saja mendapatkan sambutan yang luar biasa dari berbagai kalangan. Para ksatria, pendeta, dan para laki-laki dan sebagian perempuan berangkat ke timur.
Sambutan terhadap seruan Paus Urban itu sunguh luar biasa. Para pengkhotbah populer seperti Peter si Pertapa menyebarkan kabar tentang Perang salib. Pada musim semi tahun 1096, berangkatlah lima pasukan yang terdiri atas 60.000 tentara. Mereka diiringi oleh sekelompok peziarah yang tak bertempur, bersama para istri dan keluarga mereka. Mereka berangkat ke timur. Gelombang pertama disusul pada musim gugur oleh lima pasukan lagi yang terdiri atas kira-kira 100.000 lelaki dan segerombolan pendeta dan peziarah. 3.)
Pada periode berikutnya, semakin banyak pasukan salib yang pergi ke timur untuk penaklukan berikutnya. Agaknya mereka bukanlah semata-mata melakukan peperangan demi sebuah kesalehan beragama, akan tetapi yang dilakukan lebih layak disebut sebagai pembantaian biadab tanpa persaan. Sejarawan Edward Gibbon menyebut perilaku tentara yang dipimpin seorang biarawan Jerman sebagai manusia sampah yang paling liar dan bodoh. Mereka (tentara Kristen Eropa itu) mencampuradukkan ketaatan dengan perampokan yang brutal, pemerkosaan dan mabuk-mabukan. 4.)
Di Yerusalem terjadi pembantaian yang luar biasa mengerikan. Pada tanggal 15 Juli 1099, Tentara Salib mendesak masuk ke kota dan menaklukannya. Mereka membunuh seluruh orang-orang sarasin dan orang-orang Turki yang mereka temukan, tak perduli laki-laki dan perempuan. Para prajurit kristen membantai 40.000 kaum muslim dalam dua hari. Mereka dibantai dengan cara yang amat mengerikan. Dipenggal, dipanah dan sebagian lagi disiksa dahulu dengan cara dibakar, atau dipotong-potong anggota badannya. Tumpukan kepala, tangan, kaki, dapat dilihat di jalan-jalan kota. Sampai-sampai seseorang yang berjalan harus berhati-hati agar langkah kakinya tidak menginjak lelaki dan kuda. Peristiwa yang paling memilukan adalah apa yang terjadi di kuil sulaiman. Di kuil Sulaiman dan berandanya genangan darah mencapai setingi lutut dan tali kekang kuda. 5.)
Penguasaan Pasukan Salib terhadap tanah suci terus berlangsung hingga beberapa dekade lamanya. Di antara tokoh-tokoh yang memiliki peranan penting dalam pendudukan Yerusalem antara lain; Godfrey dari Boullon, Guy de Lusignan, Reginald dari Chatillon, Richard “The Lion Heart” dari Inggris. Akan tetapi, keadaan ini berangsur-angsur mulai berubah saat Salahuddin Al Ayyubi, sang pembebas tampil dalam kancah Perang Salib.
Salahuddin Al Ayyubi adalah salah satu tokoh yang tidak dapat dilupakan selama peperangan yang amat panjang itu. Beliau dikenal sebagai seorang pahlawan, baik di dunia barat maupun di dunia timur, bahkan hingga hari ini. Di barat ia dikenal dengan sebutan Saladin saja. Kisah kehidupan Saladin banyak berkutat pada seputar kisah-kisah peperangan. Dari zamannya kita dengar cerita dahsyat bagaimana agama-agama telah menunjukkan kemampuannya untuk memberi inspirasi keberanian dan ilham pengorbanan - yang kalau perlu dalam bentuk pembunuhan. Tapi sebagian besar kisah Saladin - yang tersebar baik di Barat maupun di Timur dari sejarah Perang Salib yang panjang di abad ke-12 itu - adalah juga cerita tentang seorang yang pemberani dalam pertempuran, yang sebenarnya tak ingin menumpahkan darah.
2. Salahuddin Al Ayyubi, Sang Pembebas
Salahuddin Al Ayyubi memiliki nama lengkap Salahuddin Yusuf ibn Ayyub. Salahuddin adalah seorang muslim sunni dari suku kurdi. Ayahnya bernama Amir Najmuddin Ayyub. Ia adalah keponakan Assaduddin Sirkuh, seorang panglima kerajaan yang mengabdikan diri pada Raja Nuruddin Mahmud. 6.)
Salahuddin al ayyubi lahir di Tikrit, Irak, pada 532 Hijriah (1138 M) dan meninggal dunia pada 4 Maret 1193 di Damaskus. Ia bukan Arab, tapi keturunan Kurdi. Ia menguasai ilmu kalam, fikih, Alquran, dan hadis. Sebagian hidupnya habis untuk berperang, dari mulai memadamkan pemberontakan dalam negeri, hingga melawan Tentara Salib.7.)
Secara fisik ia seorang dengan perawakan kurus dengan kepribadian melankolis. Yusuf, panggilan mudanya, merupakan seorang pemuda yang sakit-sakitan dan memiliki sifat sensitif yang membuatnya gampang berubah dan sering menangis. Sebelumnya, ia pernah bertempur di Mesir dengan Shirkuh dua tahun sebelumnya dan memiliki kenangan mengerikan atas operasi perang tersebut. Karena itulah ia agak ragu saat sang paman mengajaknya memenuhi panggilan jihad, untuk sekali lagi berperang di Mesir, melawan raja Amalric. Dalam satu riwayat ia mengatakan, “Seakan jantungku ditoreh belati dan aku menjawab, ‘Demi Alloh, bahkan jika aku diberi seluruh kerajaan Mesir, aku tidak akan berangkat.” Akan tetapi Shirkuh tetap bersikeras mengajaknya. Yusuf berangkat, kenangnya kemudian, “seperti seorang lelaki yang diantar menuju kematiannya.” Namun, amir muda yang segan untuk berangkat ke Mesir itu suatu hari nanti akan menjadi salah seorang pahlawan yang paling mengagumkan dan paling berbakti dalam sejarah jihad. Ia dipuji baik oleh orang-orang timur dan barat. Namun segala keraguan Saladin akhirnya menghilang dan ia menjadi sosok prajurit-Alloh yang berani dan bersemangat. 8.)
Setelah berhasil mengusir pasukan Salib dari Mesir, Nuruddin Mahmud boleh dibilang menguasai Mesir. Sebagai wakil di Mesir, Salahuddin Al Ayyubi kemudian diangkat menjadi seorang wasir/perdana Menteri dengan gelar Al-Malik An-Nashir. Tidak lama kemudian, Nuruddin Mahmud meninggal secara tiba-tiba pada tanggal 15 Mei 1174 M, karena serangan jantung pada usia enam puluh tahun. Kematian Nuruddin disusul putranya, Malik Sholeh pada tahun 1181 M. Kematian sultan muda ini menjadikan Salahuddin Al Ayyubi sebagai pemegang kekuasaan untuk semua wilayah Nuruddin yang dahulu pernah ditaklukannya. Sejak itu, berdirilah Dinasti Ayyubiah, dengan Salahuddin Al Ayyubi sebagai sultan pertamanya.
Tidak lama setelah penobatannya sebagai seorang khalifah, salahuddin melakukan penaklukan demi penaklukkan yang amat brilian. Pada tahun 1181 Halb dan Mausil dapat ditaklukkan. Penaklukan Hittin pada tahun 1187 M, merupakan pangkal tolak pembebasan-pembebasan berikutnya seperti Nablus, Jericho, Ramallah, Caesarea, Asruf, Jaffa dan Beirut serta Ascalon, termasuk Yerusalem.
Saat-saat yang dinantikan umat Islam akhirnya datang juga. Setelah melakukan pengepungan selama beberapa hari, pada tangal 2 Oktober 1987 pasukan salahuddin Al Ayyubi berhasil menaklukkan Yerusalem. Akan tetapi Salahuddin tetap saja seorang yang amat lembut yang tak ingin menumpahkan darah, hingga saat berhadapan dengan Balian of Ibelin –pimpinan Kristen waktu itu- terjadi drama yang amat mengharukan.
''Aku Saladin, bukan mereka. Pergilah ke negeri-negeri Kristen ....'' Yerusalem, 1187. Di luar gerbang kota suci itu, Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (Saladin) berdiri tegap berhadapan dengan Balian of Ibelin, panglima Tentara Salib. Di pinggang kanan kedua perwira itu terhunus pedang tajam. Keduanya bersiaga untuk saling bunuh.
Ratusan ribu tentara Islam berbaris di belakang Saladin. Dari balik gerbang, warga Kristen menanti dengan cemas pertemuan itu. Sebagian Yerusalem sudah hancur. Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana. Di belakang Balian, ribuan Tentara Salib bersiap menyerang. ''Ketika Tentara Salib merebut Yerusalem seratus tahun lalu, seluruh Muslim dibantai,'' Balian mulai pembicaraan.
Saladin tersenyum. Matanya menatap tajam lawan bicaranya. ''Aku Saladin, bukan mereka. Pergilah ke negeri-negeri Kristen, bawa pasukan dan rakyatmu yang memang ingin pergi. Tak ada pembunuhan,'' kata Saladin.
''Jika begitu, aku serahkan Yerusalem kepada Anda,'' balas Balian. Saladin menyalami Balian. Keduanya kembali ke pasukan masing-masing. Warga Kristen dan Tentara Salib menyambut suka cita hasil perundingan dua pemimpin besar itu. Mereka pun memuji-muji dengan meneriakkan nama Balian dan Saladin. Yerusalem pun dikuasai kaum Muslim yang disebut juga Saracen. Tak lama setelah itu, rombongan pengungsian beriring-iringan meninggalkan Yerusalem, termasuk adik raja Baldwin, Sibyll. 9.)
Pada perkembangan berikutnya, pasukan Islam boleh dibilang berhasil mengusir Tentara Salib pulang ke Eropa dengan cara yang menyakitkan pada bulan September 1192 M. Sejak itu, umat Islam hidup dengan tenang dan mulai membangun kembali peradaban yang pernah rusak dalam peperangan yang panjang dan amat melelahkan itu. Salahuddin lebih banyak mengabdikan hidupnya dengan pembangunan sarana dan prasarana guna mensejahterakan rakyatnya. Ia membangun banyak masjid, rumah sakit dan sarana-sarana umum lainnya. Pada tanggal 4 Maret 1193 Salahuddin meninggal dunia dikarenakan sakit yang memang sudah dideritanya sejak lama. Bagaimanapun, ia merupakan sosok yang amat sederhana. Kesederhananaannya boleh dibilang mewarisi para pendahulunya di masa lalu, seperti Nabi Muhammad SAW 10.), Umar ibn Khattab11.), ataupun Umar bin Abdul Aziz 12.). Hal itu tergambar saat kurir yang membawa berita kematian Salahuddin ke Baghdad hanya membawa ikat kepala dari baja, kudanya, satu dinar dan 36 uang dirham uang tunai sebagai warisan untuk keluarganya. Selain kesedehananan, ia juga merupakan seorang pemimpin yang adil, bahkan terhadap musuhnya sekalipun. 13.)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar