Minggu, 29 Maret 2009
Dear.... Bidadari Kecilku...
Aku begitu terharu. Aku masih tidak percaya dengan mataku. Setelah menunggu sekian lama, hidayah itu akhirnya tiba, kerudung itu kau pakai juga. Tak terkatakan betapa besar karunia Alloh padamu. Tak tergambar betapa berbunga hatiku menatapmu hari itu. Tak terlukiskan betapa besar syukurku kepada-Nya. Engkau nampak begitu anggun dengan busana barumu itu saudaraku…. aku sungguh melihat keindahan yang Maha Indah, menampakkan keindahan-Nya dalam dirmu. Kuharap, hatimu tetap seputih kerudung-Mu, akhlak budimu seanggun penampilanmu….
Saudaraku, ingatkah engkau akan hari itu? saat seorang bidadari membuktikan cintanya, saat ia berada di tapal batas hidup dan mati. Keringat mengucur deras, darah mengalir tanpa henti. Sekuat tenaga ia mengerang, menjerit, mengaduh sekuat tenaga. Rasa sakit itu telah melebihi ketahanan tubuhnya, tak sebanding dengan sayatan pedang, tak tergambar dengan tusukan tombak sekalipun. Tapi, saat bidadari kecil itu lahir, semuanya seperti tidak pernah terjadi. Peluh itu, darah itu, erangan itu, jeritan itu, rasa sakit itu seakan hilang. Semua terhapus oleh tangismu yang begitu merdu mengalun di telinga. Terhapus oleh wangi air senimu dan kotoranmu yang tertumpah dipangkuannya.
Sister..kenakalanmu adalah kesenangan baginya. Rengekanmu adalah nyanyian indah baginya. Tangismu adalah melodi cinta baginya. Manjamu adalah pujian baginya. Lelapmu adalah ketentraman baginya. Sakitmu adalah siksaan baginya. Perihmu, perihnya. Sedihmu, sedihnya. Senangmu, senangnya. Kehormatanmu, kehormatannya. Tenangmu, tenangnya. Senyummu, senyumnya. Bahagiamu, bahagianya. Tenterammu, tenteramnya. Sejahteramu, sejahteranya.
Ketahuilah, ia begitu sabar menunggu datangnya hari ini. Hari yang dijanjikan. Hari ketika ”kucing kecil” itu tumbuh menjadi bidadari yang baru, yang lebih cantik, lebih anggun dari bidadari yang melahirkannya beberapa tahun yang lalu, bahkan lebih indah dari seluruh bidadari di seluruh jagat raya ini. Yakinlah saudaraku, kini bidadari itu sedang menuggumu, mengenangmu, merindukan saat-saat berbahagia bersamamu. Mendambakan cinta yang dahulu terlepas dari dirinya. Ia tak kuat berpisah terlalu lama denganmu. Tidakkah engkau tahu betapa ia begitu merindukanmu?
Bidadariku….pulanglah! temui ibumu segera! Jangan biarkan ia terlalu lama menunggumu di sana. Tidakkah engkau tersadar? Pandangannya mulai sayu, pendengarannya mulai terganggu, guratan-guratan usia mulai tergmbar di wajahnya yang begitu mulia. Telapak tangan itu sudah tak selembut dahulu. Suara itu sudah tidak senyaring dahulu, sekeras saat mengingatkan kenakalan-kenakalanmu, saat meleraimu berseteru dengan saudara-saudaramu yang lain.
Barangkali…. esok engkau tidak akan sempat lagi berbicara dengannya. Boleh jadi ia takkan sempat lagi mendengarkan pengaduanmu, keluh kesahmu, sedu sedanmu, pengalaman-pengalamanmu selama berkelana. Jangan-jangan engkau tak akan lagi mendengarkan arif nasihat, kecupan hangat, pelukan-pelukan yang selalu menentramkanmu selama ini.
Nanti, saat sepasang matamu beradu dengan bidadari itu. Cium kedua mata kakinya, peluk erat dirinya. Biarkan tubuh renta itu bertemu kembali dengan bagian cinta yang dahulu hilang. Biarkan ia menciummu, memelukmu, membelai-belai rambutmu. Relakan air matanya mengalir deras membasahi pipi yang begitu mulia. Aminkan doanya, karena saat itu para malaikat berkumpul di sekelilingmu, di sekitar bidadari itu, turut mengaminkan doa.
”Alloh sayang…segala puji bagiMu. Rabb semesta alam. Yang mengasai hari pembalasan. Duhai Dzat yang menciptakan cinta. Peliharalah cintaku, belahan jiwaku. Jadikan ia menjadi bagian cintaMu. Karuniakan baginya kecukupan. Mudahkan rizkinya. Berkahkan umurnya. Tunjukkan bahwa yang benar adalah benar, dan berilah kekuatan untuk untuk melaksanakannya. Tunjukkan pula, bahwa yang batil adalah batil, dan berilah kekuatan untuk menjauhinya. Sayang, sinari hatinya dengan cahaya hidayahMu, sebagaimana matahariMu menyinari bumi selama ini.”
”Rabb… jadikan ia keturunan yang solehah. Yang mengerti agamaMu, yang mencintaiMu lebih dari apa saja, yang rela berpeluh di jalanMu, yang mengikuti jalan para nabiMu, yang selalu berbagi dengan hamba-hambaMu yang lain. Agar ketika dicukupkan usiaku, ketika Engkau menjemputku kembali, aku bisa menghadapMu dengan tenang. Aku bisa merasakan doa-doa mengalun dari bibirnya, saat amal ibadahku telah terlepas di alam sana. Agar usahaku tidak sia-sia, pengorbananku berbuah surga.”
………Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah. Dan melahirkannya dengan susah payah pula. Mengandungnya sampai menyapihnya adalah ti puluh bulan. Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a; Ya tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau, yang telah Engkau berikan kepadaku an kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang soleh yang Engkau ridloi; berikan kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri………..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar