Minggu, 29 Maret 2009

Di Kaki Gunung Arjuna... Disamping Puri Kendedes...


Di kaki gunung Arjuna… di samping Puri kendedes…

aku merebahkan diriku di dinginnya malam…
membayangkan dirimu dalam sepi..
senyummu merekah begitu indah… laksana seribu bebungaan di lereng-lereng arjuna… indah… tetap segar… menunggu dengan begitu setia…
Matamu begitu bening… sebening air pegunungan yang selalu menyegarkan diriku setiap waktu…
tutur katamu selalu terngiang di telingaku… beresonansi daam frekuensi alami…
menggetarkan hati… memaku kuatnya hati…

Di kaki gunung Arjuna… di samping Puri Kendedes…

Aku sadar…
aku paham…
aku mengerti…
inilah hidup sebenarnya…
perih… ngilu… menyesakkan…
tapi terasa indah…

Di kaki gunung Arjuna… Di samping Puri Kendedes…

setiamu… akan kuperjuangkan…
penantianmu… tak akan kusiakan…
asamu… akan menjadi kenyataan…
ketulusanmu… menjadi alasanku untuk tidak menyerah pada nasib…
bahwa semua bisa berubah…

Di kaki gunung Arjuna… di Samping Puri Kendedes…

Jauh ini… tak menghilangkan rasa cintaku padamu…
lelah ini… tak menghilangkan kerinduanku padamu…
peluh ini… takkan mengusik sedikitpun perasaanku padamu…
badai ini… takkan menggoyahkan keyakinanku akan dirimu…

agar… engkau tau…
betapa aku ingin mencintaimu…
seperti malam pada siang…
seperti langit pada bintang…
seperti matahari pada bulan…
seperti laut pada pantai…
seperti kehidupan dan kematian…

Dear.... Bidadari Kecilku...


Aku begitu terharu. Aku masih tidak percaya dengan mataku. Setelah menunggu sekian lama, hidayah itu akhirnya tiba, kerudung itu kau pakai juga. Tak terkatakan betapa besar karunia Alloh padamu. Tak tergambar betapa berbunga hatiku menatapmu hari itu. Tak terlukiskan betapa besar syukurku kepada-Nya. Engkau nampak begitu anggun dengan busana barumu itu saudaraku…. aku sungguh melihat keindahan yang Maha Indah, menampakkan keindahan-Nya dalam dirmu. Kuharap, hatimu tetap seputih kerudung-Mu, akhlak budimu seanggun penampilanmu….
Saudaraku, ingatkah engkau akan hari itu? saat seorang bidadari membuktikan cintanya, saat ia berada di tapal batas hidup dan mati. Keringat mengucur deras, darah mengalir tanpa henti. Sekuat tenaga ia mengerang, menjerit, mengaduh sekuat tenaga. Rasa sakit itu telah melebihi ketahanan tubuhnya, tak sebanding dengan sayatan pedang, tak tergambar dengan tusukan tombak sekalipun. Tapi, saat bidadari kecil itu lahir, semuanya seperti tidak pernah terjadi. Peluh itu, darah itu, erangan itu, jeritan itu, rasa sakit itu seakan hilang. Semua terhapus oleh tangismu yang begitu merdu mengalun di telinga. Terhapus oleh wangi air senimu dan kotoranmu yang tertumpah dipangkuannya.

Sister..kenakalanmu adalah kesenangan baginya. Rengekanmu adalah nyanyian indah baginya. Tangismu adalah melodi cinta baginya. Manjamu adalah pujian baginya. Lelapmu adalah ketentraman baginya. Sakitmu adalah siksaan baginya. Perihmu, perihnya. Sedihmu, sedihnya. Senangmu, senangnya. Kehormatanmu, kehormatannya. Tenangmu, tenangnya. Senyummu, senyumnya. Bahagiamu, bahagianya. Tenterammu, tenteramnya. Sejahteramu, sejahteranya.

Ketahuilah, ia begitu sabar menunggu datangnya hari ini. Hari yang dijanjikan. Hari ketika ”kucing kecil” itu tumbuh menjadi bidadari yang baru, yang lebih cantik, lebih anggun dari bidadari yang melahirkannya beberapa tahun yang lalu, bahkan lebih indah dari seluruh bidadari di seluruh jagat raya ini. Yakinlah saudaraku, kini bidadari itu sedang menuggumu, mengenangmu, merindukan saat-saat berbahagia bersamamu. Mendambakan cinta yang dahulu terlepas dari dirinya. Ia tak kuat berpisah terlalu lama denganmu. Tidakkah engkau tahu betapa ia begitu merindukanmu?

Bidadariku….pulanglah! temui ibumu segera! Jangan biarkan ia terlalu lama menunggumu di sana. Tidakkah engkau tersadar? Pandangannya mulai sayu, pendengarannya mulai terganggu, guratan-guratan usia mulai tergmbar di wajahnya yang begitu mulia. Telapak tangan itu sudah tak selembut dahulu. Suara itu sudah tidak senyaring dahulu, sekeras saat mengingatkan kenakalan-kenakalanmu, saat meleraimu berseteru dengan saudara-saudaramu yang lain.
Barangkali…. esok engkau tidak akan sempat lagi berbicara dengannya. Boleh jadi ia takkan sempat lagi mendengarkan pengaduanmu, keluh kesahmu, sedu sedanmu, pengalaman-pengalamanmu selama berkelana. Jangan-jangan engkau tak akan lagi mendengarkan arif nasihat, kecupan hangat, pelukan-pelukan yang selalu menentramkanmu selama ini.

Nanti, saat sepasang matamu beradu dengan bidadari itu. Cium kedua mata kakinya, peluk erat dirinya. Biarkan tubuh renta itu bertemu kembali dengan bagian cinta yang dahulu hilang. Biarkan ia menciummu, memelukmu, membelai-belai rambutmu. Relakan air matanya mengalir deras membasahi pipi yang begitu mulia. Aminkan doanya, karena saat itu para malaikat berkumpul di sekelilingmu, di sekitar bidadari itu, turut mengaminkan doa.

”Alloh sayang…segala puji bagiMu. Rabb semesta alam. Yang mengasai hari pembalasan. Duhai Dzat yang menciptakan cinta. Peliharalah cintaku, belahan jiwaku. Jadikan ia menjadi bagian cintaMu. Karuniakan baginya kecukupan. Mudahkan rizkinya. Berkahkan umurnya. Tunjukkan bahwa yang benar adalah benar, dan berilah kekuatan untuk untuk melaksanakannya. Tunjukkan pula, bahwa yang batil adalah batil, dan berilah kekuatan untuk menjauhinya. Sayang, sinari hatinya dengan cahaya hidayahMu, sebagaimana matahariMu menyinari bumi selama ini.”
”Rabb… jadikan ia keturunan yang solehah. Yang mengerti agamaMu, yang mencintaiMu lebih dari apa saja, yang rela berpeluh di jalanMu, yang mengikuti jalan para nabiMu, yang selalu berbagi dengan hamba-hambaMu yang lain. Agar ketika dicukupkan usiaku, ketika Engkau menjemputku kembali, aku bisa menghadapMu dengan tenang. Aku bisa merasakan doa-doa mengalun dari bibirnya, saat amal ibadahku telah terlepas di alam sana. Agar usahaku tidak sia-sia, pengorbananku berbuah surga.”
………Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah. Dan melahirkannya dengan susah payah pula. Mengandungnya sampai menyapihnya adalah ti puluh bulan. Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a; Ya tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau, yang telah Engkau berikan kepadaku an kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang soleh yang Engkau ridloi; berikan kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri………..

My Sweetheart Delisa


Ada
sebuah keluarga di Lhok Nga - Aceh, yang selalu menanamkan ajaran Islam
dalam kesehariannya. Mereka adalah keluarga Umi Salamah dan Abi Usman.
Mereka memiliki 4 bidadari yang solehah: Alisa Fatimah, (si kembar)
Alisa Zahra & Alisa Aisyah, dan si bungsu Alisa Delisa.



Setiap
subuh, Umi Salamah selalu mengajak bidadari-bidadariny a sholat jama ‘
ah. Karena Abi Usman bekerja sebagai pelaut di salah satu kapal tanker
perusahaan minyak asing - Arun yang pulangnya 3 bulan sekali. Awalnya
Delisa susah sekali dibangunkan untuk sholat subuh. Tapi lama-lama ia
bisa bangun lebih dulu ketimbang Aisyah. Setiap sholat jama ‘ ah,
Aisyah mendapat tugas membaca bacaan sholat keras-keras agar Delisa
yang ada di sampingnya bisa mengikuti bacaan sholat itu.



Umi
Salamah mempunyai kebiasaan memberikan hadiah sebuah kalung emas kepada
anak-anaknya yang bisa menghafal bacaan sholat dengan sempurna. Begitu
juga dengan Delisa yang sedang berusaha untuk menghafal bacaan sholat
agar sempurna. Agar bisa sholat dengan khusyuk. Delisa berusaha keras
agar bisa menghafalnya dengan baik. Selain itu Abi Usman pun berjanji
akan membelikan Delisa sepeda jika ia bisa menghafal bacaan sholat
dengan sempurna.



Sebelum
Delisa hafal bacaan sholat itu, Umi Salamah sudah membelikan seuntai
kalung emas dengan gantungan huruf D untuk Delisa. Delisa senang sekali
dengan kalung itu. Semangatnya semakin menggebu-gebu. Tapi entah
mengapa, Delisa tak pernah bisa menghafal bacaan sholat dengan
sempurna.



26 Desember 2004



Delisa
bangun dengan semangat. Sholat subuh dengan semangat. Bacaannya nyaris
sempurna, kecuali sujud. Bukannya tertukar tapi tiba-tiba Delisa lupa
bacaan sujudnya. Empat kali sujud, empat kali Delisa lupa. Delisa
mengabaikan fakta itu. Toh nanti pas di sekolah ia punya waktu banyak
untuk mengingatnya. Umi ikut mengantar Delisa. Hari itu sekolah ramai
oleh ibu-ibu. Satu persatu anak maju dan tiba giliran Alisa Delisa.
Delisa maju, Delisa akan khusuk. Ia ingat dengan cerita Ustad Rahman
tentang bagaimana khusuknya sholat Rasul dan sahabat-sahabatnya. "Kalo
orang yang khusuk pikirannya selalu fokus. Pikirannya satu." Nah jadi
kalian sholat harus khusuk. Andaikata ada suara ribut di sekitar, tetap
khusuk.



Delisa
pelan menyebut "ta ‘ awudz". Sedikit gemetar membaca "bismillah".
Mengangkat tangannya yang sedikit bergetar meski suara dan hatinya
pelan-pelan mulai mantap. "Allahu Akbar".



Seratus
tiga puluh kilometer dari Lhok Nga. Persis ketika Delisa usai
bertakbiratul ihram, persis ucapan itu hilang dari mulut Delisa. Persis
di tengah lautan luas yang beriak tenang. LANTAI LAUT RETAK SEKETIKA.
Dasar bumi terban seketika! Merekah panjang ratusan kilometer.
Menggentarkan melihatnya. Bumi menggeliat. Tarian kematian mencuat.
Mengirimkan pertanda kelam menakutkan.



Gempa
menjalar dengan kekuatan dahsyat. Banda Aceh rebah jimpa. Nias lebur
seketika. Lhok Nga menyusul. Tepat ketika di ujung kalimat Delisa,
tepat ketika Delisa mengucapkan kata "wa-ma-ma-ti" , lantai sekolah
bergetar hebat. Genteng sekolah berjatuhan. Papan tulis lepas, berdebam
menghajar lantai. Tepat ketika Delisa bisa melewati ujian pertama
kebolak-baliknya, Lhok Nga bergetar terbolak-balik.



Gelas
tempat meletakkan bunga segar di atas meja bu guru Nur jatuh. Pecah
berserakan di lantai, satu beling menggores lengan Delisa. Menembus
bajunya. Delisa mengaduh. Umi dan ibu-ibu berteriak di luar. Anak-anak
berhamburan berlarian. Berebutan keluar dari daun pintu. Situasi
menjadi panik. Kacau balau. "GEMPAR"!



"Innashalati, wanusuki, wa-ma… wa-ma… wa-ma-yah-ya, wa-ma-ma-ti. ."



Delisa
gemetar mengulang bacaannya yang tergantung tadi. Ya Allah, Delisa
takut… Delisa gentar sekali. Apalagi lengannya berdarah membasahi
baju putihnya. Menyemburat merah. Tapi bukankah kata Ustadz Rahman,
sahabat Rasul bahkan tetap tak bergerak saat sholat ketika punggungnya
digigit kalajengking?



Delisa
ingin untuk pertama kalinya ia sholat, untuk pertama kalinya ia bisa
membaca bacaan sholat dengan sempurna, Delisa ingin seperti sahabat
Rasul. Delisa ingin khusuk, ya Allah…



Gelombang
itu menyentuh tembok sekolah. Ujung air menghantam tembok sekolah.
Tembok itu rekah seketika. Ibu Guru Nur berteriak panik. Umi yang
berdiri di depan pintu kelas menunggui Delisa, berteriak keras …
SUBHANALLAH! Delisa sama sekali tidak mempedulikan apa yang terjadi.
Delisa ingin khusuk. Tubuh Delisa terpelanting. Gelombang tsunami
sempurna sudah membungkusnya. Delisa megap-megap. Gelombang tsunami
tanpa mengerti apa yang diinginkan Delisa, membanting tubuhnya
keras-keras. Kepalanya siap menghujam tembok sekolah yang masih
bersisa. Delisa terus memaksakan diri, membaca takbir setelah "i ‘
tidal…" "Al-la-hu- ak- bar…" Delisa harus terus membacanya! Delisa
tidak peduli tembok yang siap menghancurkan kepalanya.



Tepat
Delisa mengatakan takbir sebelum sujud itu, tepat sebelum kepalanya
menghantam tembok itu, selaksa cahaya melesat dari "Arasy Allah."
Tembok itu berguguran sebelum sedikit pun menyentuh kepala mungil
Delisa yang terbungkus kerudung biru. Air keruh mulai masuk, menyergap
Kerongkongannya. Delisa terbatuk. Badannya terus terseret. Tubuh Delisa
terlempar kesana kemari. Kaki kanannya menghantam pagar besi sekolah.
Meremukkan tulang belulang betis kanannya. Delisa sudah tak bisa
menjerit lagi. Ia sudah sempurna pingsan. Mulutnya minum berliter air
keruh. Tangannya juga terantuk batang kelapa yang terseret bersamanya.
Sikunya patah. Mukanya penuh baret luka dimana-mana. Dua giginya patah.
Darah menyembur dari mulutnya.



Saat
tubuh mereka berdua mulai perlahan tenggelam, Ibu Guru Nur melepas
kerudung robeknya. Mengikat tubuh Delisa yang pingsan di atas papan
sekencang yang ia bisa dengan kerudung itu. Lantas sambil menghela
nafas penuh arti, melepaskan papan itu dari tangannya pelan-pelan,
sebilah papan dengan Delisa yang terikat kencang diatasnya.



"Kau
harus menyelesaikan hafalan itu, sayang…!" Ibu Guru Nur berbisik
sendu. Menatap sejuta makna. Matanya meredup. Tenaganya sudah habis.
Ibu Guru Nur bersiap menjemput syahid.



Minggu, 2 Januari 2005



Dua
minggu tubuh Delisa yang penuh luka terdampar tak berdaya. Tubuhnya
tersangkut di semak belukar. Di sebelahnya terbujur mayat Tiur yang
pucat tak berdarah. Smith, seorang prajurit marinir AS berhasil
menemukan Delisa yang tergantung di semak belukar, tubuhnya dipenuhi
bunga-bunga putih. Tubuhnya bercahaya, berkemilau, menakjubkan! Delisa
segera dibawa ke Kapal Induk John F Kennedy. Delisa dioperasi, kaki
kanannya diamputasi. Siku

tangan
kanannya di gips. Luka-luka kecil di kepalanya dijahit. Muka lebamnya
dibalsem tebal-tebal. Lebih dari seratus baret di sekujur tubuhnya.



Aisyah
dan Zahra, mayatnya ditemukan sedang berpelukan. Mayat Fatimah juga
sudah ditemukan. Hanya Umi Salamah yang mayatnya belum ditemukan. Abi
Usman hanya memiliki seorang bidadari yang masih belum sadar dari
pingsan. Prajurit Smith memutuskan untuk menjadi mu ‘ alaf setelah
melihat kejadian yang menakjubkan pada Delisa. Ia mengganti namanya
menjadi Salam.



Tiga
minggu setelah Delisa dirawat di Kapal induk, akhirnya ia diijinkan
pulang. Delisa dan Abi Usman kembali ke Lhok Nga. Mereka tinggal
bersama para korban lainnya di tenda-tenda pengungsian. Hari-hari
diliputi duka. Tapi duka itu tak mungkin didiamkan berkepanjangan. Abi
Usman dan Delisa kembali ke rumahnya yang dibangun kembali dengan
sangat sederhana.



Delisa
kembali bermain bola, Delisa kembali mengaji, Delisa dan anak-anak
korban tsunami lainnya, kembali sekolah dengan peralatan seadanya.
Delisa kembali mencoba menghafal bacaan sholat dengan sempurna. Ia sama
sekali sulit menghafalnya. "Orang-orang yang kesulitan melakukan
kebaikan itu, mungkin karena hatinya Delisa. Hatinya tidak ikhlas!
Hatinya jauh dari ketulusan." Begitu kata Ubai salah seorang relawan
yang akrab dengan Delisa.



21 Mei 2005



Ubai
mengajak Delisa dan murid-muridnya yang lain ke sebuah bukit. Hari itu
Delisa sholat dengan bacaan sholat yang sempurna. Tidak terbolak-balik.
Delisa bahkan membaca doa dengan sempurna. Usai sholat, Delisa terisak.
Ia bahagia sekali. Untuk pertama kalinya ia menyelesaikan sholat dengan
baik. Sholat yang indah. Mereka belajar menggurat kaligrafi di atas
pasir yang dibawanya dengan ember plastik. Sebelum pergi meninggalkan
bukit itu, Delisa meminta ijin mencuci tangan di sungai dekat dari
situ.



Ketika
ujung jemarinya menyentuh sejuknya air sungai. Seekor burung belibis
terbang di atas kepalanya. Memercikkan air di mukanya. Delisa
terperanjat. Mengangkat kepalanya. Menatap burung tersebut yang terbang
menjauh. Ketika itulah Delisa menatap sesuatu di seberang sungai.



Kemilau
kuning. Indah menakjubkan, memantulkan cahaya matahari senja. Sesuatu
itu terjuntai di sebuah semak belukar indah yang sedang berbuah. Delisa
gentar sekali. Ya Allah! Seuntai kalung yang indah tersangkut. Ada
huruf D disana. Delisa serasa mengenalinya. D untuk Delisa. Diatas
semak belukar yang merah buahnya. Kalung itu tersangkut di tangan.
Tangan yang sudah menjadi kerangka. Sempurna kerangka manusia. Putih.
Utuh. Bersandarkan semak belukar itu.

UMMI…..

Sabtu, 21 Maret 2009

Dualisme Feminisme



Apabila anda cermati dengan seksama hampir 100 % iklan layanan masyarakat entah di media elektronik maupun di media masa yang lain menggunakan perempuan sebagai “penjajanya”. Seakan-akan sebuah iklan tidak akan dilirik masyarakat apabila tidak memakai model perempuan. Mulai iklan kosmetik, makanan, pakaian dan lain sebagainya. Apa karena perempuan cenderung konsumtif? Atau karena mereka lebih luwes? Atau jangan-jangan “keindahan perempuan” menjadi faktor penentu keberhasilan sebuah iklan layanan masarakat. Fenomena ini merupakan sebagian kecil dari kasus-kasus yang intinya tidak lebih dari eksploitasi terhadap kaum perempuan. Adapun wacana lain yang menjadi sorotan adalah tentang pornografi dan pornoaksi, praktek aborsi, perdagangan perempuan, para buruh internasional –yang umumya didominasi perempuan- hingga kekerasanan dalam rumah tangga yang lebih banyak menimpa kaum perempuan. Hal ini menarik perhatian penulis untuk mengkaji lebih lanjut berkaitan dengan eksistensi para pembela kaum hawa. Zaman seakan-akan berulang, cara-cara dialektika selalu saja terjadi di dunia ini. Kaum perempuan yang pada mulanya diperlakukan sebagai manusia kelas dua -sebagian lagi menganggapnya sebagai barang- sekali lagi terulang di jaman modern ini, bahkan pada beberapa kasus menjadi lebih buruk dari pada itu semua. Lalu, dimanakah gerangan para pembela kemerdekaan kaum perempuan yang “katanya” memperjuangkan dengan gigih “hak-hak” mereka. Sekali lagi, pandangan feminisme seakan mendua, di tengah hiruk pikuk pembelaan kebebasan kaum hawa, ternyata mereka terjebak pada eksploitasi kapitalistik yang justru merendahkan maratabat dan kehormatan mereka sebagai manusia. Mengapa terjadi demikian?
Feminisme sebagai sebuah ide (sebuah kesadaran) yang kemudian melahirkan gerakan, pada intinya membicarakan wilayah culture. Adalah sebuah pertanyaan yang sederhana yang selalu saja didengungkan kaum feminis dari sejak lahirnya hingga hari ini, mengapa label “maskulin” harus selalu dilekatkan pada kaum laki-laki, sebaliknya label feminisme “harus” selalu dilekatkan pada perempuan. Anggapan tentang penyerobotan beragai pandangan-pandangan bahwa peradaban ini adalah milik kaum laki-laki.
Pembahasan tentang bagaimana feminisme lahir dimulai dengan pemaparan hingga munculnya kesdaran dari sekelompok orang (agen of change) terhadap adanya ketidakadilan (tidak egaliter) terhadap cara pandang masarakat terhadap wanita Pada mulanya wanita dipandang rendah oleh masarakat di sekitarnya. Pandangan ini boleh dibilang muncul di berbagai belahan dunia. Baik di barat maupun di timur –masa lalu dan mungkin masih terjadi hinga hari ini-, pandangan miring tentang kaum wanita agaknya tidak pernah berubah, bahwa wanita adalah “warga kelas dua”. Pandangan itu juga dipengaruhi oleh tradisi agama-agama. Apakah itu Hinduisme, Budhisme, Yahudi ataupun Kristen/Katolik. Dalam tradisi Hindu, perempuan dilihat sebagai pembawa keberuntungan karena merka haid, menjadi istri dan melahirkan anak. Perempuan adalah sati, yaitu perempuan yang menikah dan berkorban untuk menyelamatkan suami. Perempuan yang menikah disebut sumangalisebab dia membawa keberuntungan suami dengan menolong suami untuk dapat memenuhi tujuan hidup mausia, yaitu dharma(kewajiban), artha (kesuburan atau kekayaan) serta kama (kenikmatan seks). Bagi bangsa India –yang notabene menjadi tempat munculnya tradisi hindu-, dalam aturan manu, perempuan diposisikan hanya sebagai pelayan bagi suami dan ayahnya. Perempuan tidak memiliki kebeb asan untuk menggunakan hartanya, bahkan mereka tidak berhak memiliki, sebab semua yang dimilikinya kembali kepada suaminya, atau ayahnya, aau anak laki-lakinya. Kesetiaan istri kepada suaminya dengan istri mengikuti suaminya yang meninggal dunia dengan membakar diri atau dikubur hidup-hidup.Dalam tradisi Budha, perempuan dianggap sebagai mahluk kotor yang suka menggoda laki-laki yang ingin menjadi suci. Laki-laki dianggap tidak memiliki kesalahan meskipun mereka jatuh dalam godaan. Dalam tradisi Yunani dan Romawi status wanita tidak lebih dari sekedar barang yang bisa diperjual belikan seenaknya saja. Kaum Yahudi memandang perempuan sebagai pelayan. Bahkan, ayahnya berhak untuk menjualnya tanpa punya pilihan. Bagi kaum Yahudi dan juga Nasrani, perempuan dianggap sebagai pangkal kejahatan dan sumber kesalahan dan dosa. Perempuan-(Hawa)-lah yang menyebabkan laknat abadi ditimpakkan kepada Adam dan keturunannya. dalam pandangan Barat Kristen, secara epistemologis perempuan atau female barasal dari bahasa Yunani femina. Kata femina berasal dari kata “fe” dan “minus”. Fe artine fides, faith (kepercayaan atau iman). Sedangkan mina berasal dari kata minus, artinya kurang. jadi femina artinya ‘seseorang yang imannya kurang
Tradisi Arab kuno tak kalah hina dalam memperlakukan kaum Hawa. Mereka memperlakukan perempuan dengan cara yang hampir mirip dengan tradisi-tradisi saudara-saudaranya di belahan bumi yang lain. Bahwa, seorang istri dapat diberikan kepada orang lain, setelah istri tersebut hamil ia boleh mengambilnya kembali. Praktek ini lazimnya dikenal dengan nikah. Pernikahan ini konon dipakai untuk tujuan perbaikan keturunan. Contoh yang lain adalah adanya nikah spontan, yang lain adalah bahwa kelahiran anak perempuan adalah aib bagi keluarga dan berbagai macam praktek pelacuran yang tentunya hanya mengarah pada praktek untuk merendahkan kaum Hawa. Melihat kondisi yang buruk itu, sejalan dengan perkembanan jaman. Perlahan hak-hak perempuan mulai diakui. Umumnya, kita sepakat bahwa kebangkitan feminisme lahir di barat. Adanya revolusi industri di barat boleh dikatakan merupakan titik tolak pergerakan feminisme di dunia. Dalam perkembangannya, sekalipun para feminis mempunyai kesadaran yang sama tentang adanya ketidakadilan terhadap perempuan di dalam keluarga maupun masarakat, tetapi mereka berbeda-beda dalam menganalisis sebab-sebab terjadinya ketidakadilan serta target dan bentuk perjuangan mereka. Perbedaan tersebut sejauh ini telah melahirkan empat aliran yaitu; feminisme liberal, feminisme marxis, feminisme radikal, dan feminisme sosialis. Akan tetapi, paham-paham itu malahan membuat perempuan semakin jauh dari kodrat mereka sebagai manusia. Nampaknya terjadi penafsiran yang salah dengan yang disebut keadilan itu sendiri. Aliran feminisme liberal dan feminisme marxisme tak lebih dari keinginan untuk mendudukan kaum laki-laki dan perempuan dalam keadaan yang sama dalam segala hal, ”Sama rata sama rasa”. Persamaan itu harus didasari oleh paham kebebasan yang lebih tepat dikatakan “kebablasan”. Paham radikal umumnya menolak adanya institusi keluarga. keluarga dianggapnya sebagai institusi yang melegitimasi dominasi laki-laki (patriarki), sehingga perempuan tertindas. Feminisme radikal cenderung membenci laki-laki. Meski tidak ekstrem feminisme sosialis lebih memilih cara-cara dialogis dalam rangka mencari kesepahaman antara kedudukan kaum laki-laki dan kaum perempuan. Kelemahan-kelemahan yang terjadi pada pergerakan feminisme barat agaknya tidak lepas dari cara pandang (epistemologis) barat terhadap realitas yang umumnya materialistik-sekuleristik. Bagaimanapun epistemologi barat cenderung tanpa nilai. Faktor sejarah juga turut berperan “memaksa” mereka berpandangan materialistik-sekuleristik. Pengekangan yang teramat lama dan teramat parah membuat kaum feminis barat tergerak untuk bertindak bebas tanpa batas. Lalu, apa implikasi dari itu semua? Sekali lagi, kaum hawa akan tetap terjebak dalam dunia kapitalistik. Bahwa perempuan adalah komoditi. Akibat lain adalah, perilaku budaya bebas tanpa batas hanya akan membuat mereka semakin jauh dari fitrah mereka sebagai perempuan, semakin jauh dari kemuliaan yang selalu diidam-idamkan. Kemudian, bagaimanakah seharusnya pergerakan feminisme itu? Feminisme yang benar harus tetap berpegang pada prinsip-prinsip keadilan. Bahwa, pergerakan feminisme hendaknya tidak membelakangi kodrat (fitrah) kaum hawa sebagai individu pendidik. Adanya institusi perkawinan yang benar bukanlah sebuah pengekangan terhadap kaum perempuan, namun sebuah penjaminan yang akan menciptakan kesejahteraan bersama. Dalam terminologi Islam dikenal dengan istilah keluarga sakinah, mawadah wa rahmah. Adapun peran-peran perempuan dalam lingkungan sosial tetap menjadi prioritas utama, namun tidak mengabaikan fungsi-fungsinya sebagai peran sebagai pimpinan keluarga yang kedua setelah suami. Sebagai pondasi keluarga, soko guru peradaban.bukankah dikatakan, “kejayaan sebuah bangsa bisa dilihat seberapa kuat peran perempuan di dalamnya”. Bagaimanapun sistem nilai tetap diperlukan. Aturan main harus ada. Agar segala sesuatu dapat berjalan dengan seimbang, sesuai takarannya, sesuai kodratnya. Sehingga kebebasan itu tidak “kebablasan”.

Jumat, 20 Maret 2009

Sultan Al Malik An Nashir Salahudin Yusuf Al Ayyubi


Sejak lebih dari 1500 tahun lamanya terjadi perseteruan antara ketiga agama besar di dunia ; Islam, Kristen dan Yahudi. Masing-masing mengembangkan fanatisme agama yang kurang lebih sama ; Yahudi dengan Erezt Yisrael, Kristen dengan Crusade, dan Islam dengan Jihad fi sabilillah.1.) Yerusalem atau tepatnya masjid Al Aqso adalah daerah yang menjadi perebutan antara ketiga pemeluk agama. Perebutan atas wilayah tersebut kemudian berkempang menjadi sebuah konfrontasi fisik yang lazim di kenal dengan Perang Salib atau Crusade. 2.)
Pada mulanya perang salib diserukan oleh paus urban II, pada konsili Clermont, 25 November 1095 M. Di hadapan para pendeta, ksatria, dan orang-orang miskin, Paus Urban menyerukan perang suci melawan Islam. Khotbah paus Urban segera saja mendapatkan sambutan yang luar biasa dari berbagai kalangan. Para ksatria, pendeta, dan para laki-laki dan sebagian perempuan berangkat ke timur.
Sambutan terhadap seruan Paus Urban itu sunguh luar biasa. Para pengkhotbah populer seperti Peter si Pertapa menyebarkan kabar tentang Perang salib. Pada musim semi tahun 1096, berangkatlah lima pasukan yang terdiri atas 60.000 tentara. Mereka diiringi oleh sekelompok peziarah yang tak bertempur, bersama para istri dan keluarga mereka. Mereka berangkat ke timur. Gelombang pertama disusul pada musim gugur oleh lima pasukan lagi yang terdiri atas kira-kira 100.000 lelaki dan segerombolan pendeta dan peziarah. 3.)
Pada periode berikutnya, semakin banyak pasukan salib yang pergi ke timur untuk penaklukan berikutnya. Agaknya mereka bukanlah semata-mata melakukan peperangan demi sebuah kesalehan beragama, akan tetapi yang dilakukan lebih layak disebut sebagai pembantaian biadab tanpa persaan. Sejarawan Edward Gibbon menyebut perilaku tentara yang dipimpin seorang biarawan Jerman sebagai manusia sampah yang paling liar dan bodoh. Mereka (tentara Kristen Eropa itu) mencampuradukkan ketaatan dengan perampokan yang brutal, pemerkosaan dan mabuk-mabukan. 4.)
Di Yerusalem terjadi pembantaian yang luar biasa mengerikan. Pada tanggal 15 Juli 1099, Tentara Salib mendesak masuk ke kota dan menaklukannya. Mereka membunuh seluruh orang-orang sarasin dan orang-orang Turki yang mereka temukan, tak perduli laki-laki dan perempuan. Para prajurit kristen membantai 40.000 kaum muslim dalam dua hari. Mereka dibantai dengan cara yang amat mengerikan. Dipenggal, dipanah dan sebagian lagi disiksa dahulu dengan cara dibakar, atau dipotong-potong anggota badannya. Tumpukan kepala, tangan, kaki, dapat dilihat di jalan-jalan kota. Sampai-sampai seseorang yang berjalan harus berhati-hati agar langkah kakinya tidak menginjak lelaki dan kuda. Peristiwa yang paling memilukan adalah apa yang terjadi di kuil sulaiman. Di kuil Sulaiman dan berandanya genangan darah mencapai setingi lutut dan tali kekang kuda. 5.)
Penguasaan Pasukan Salib terhadap tanah suci terus berlangsung hingga beberapa dekade lamanya. Di antara tokoh-tokoh yang memiliki peranan penting dalam pendudukan Yerusalem antara lain; Godfrey dari Boullon, Guy de Lusignan, Reginald dari Chatillon, Richard “The Lion Heart” dari Inggris. Akan tetapi, keadaan ini berangsur-angsur mulai berubah saat Salahuddin Al Ayyubi, sang pembebas tampil dalam kancah Perang Salib.
Salahuddin Al Ayyubi adalah salah satu tokoh yang tidak dapat dilupakan selama peperangan yang amat panjang itu. Beliau dikenal sebagai seorang pahlawan, baik di dunia barat maupun di dunia timur, bahkan hingga hari ini. Di barat ia dikenal dengan sebutan Saladin saja. Kisah kehidupan Saladin banyak berkutat pada seputar kisah-kisah peperangan. Dari zamannya kita dengar cerita dahsyat bagaimana agama-agama telah menunjukkan kemampuannya untuk memberi inspirasi keberanian dan ilham pengorbanan - yang kalau perlu dalam bentuk pembunuhan. Tapi sebagian besar kisah Saladin - yang tersebar baik di Barat maupun di Timur dari sejarah Perang Salib yang panjang di abad ke-12 itu - adalah juga cerita tentang seorang yang pemberani dalam pertempuran, yang sebenarnya tak ingin menumpahkan darah.

2. Salahuddin Al Ayyubi, Sang Pembebas
Salahuddin Al Ayyubi memiliki nama lengkap Salahuddin Yusuf ibn Ayyub. Salahuddin adalah seorang muslim sunni dari suku kurdi. Ayahnya bernama Amir Najmuddin Ayyub. Ia adalah keponakan Assaduddin Sirkuh, seorang panglima kerajaan yang mengabdikan diri pada Raja Nuruddin Mahmud. 6.)
Salahuddin al ayyubi lahir di Tikrit, Irak, pada 532 Hijriah (1138 M) dan meninggal dunia pada 4 Maret 1193 di Damaskus. Ia bukan Arab, tapi keturunan Kurdi. Ia menguasai ilmu kalam, fikih, Alquran, dan hadis. Sebagian hidupnya habis untuk berperang, dari mulai memadamkan pemberontakan dalam negeri, hingga melawan Tentara Salib.7.)
Secara fisik ia seorang dengan perawakan kurus dengan kepribadian melankolis. Yusuf, panggilan mudanya, merupakan seorang pemuda yang sakit-sakitan dan memiliki sifat sensitif yang membuatnya gampang berubah dan sering menangis. Sebelumnya, ia pernah bertempur di Mesir dengan Shirkuh dua tahun sebelumnya dan memiliki kenangan mengerikan atas operasi perang tersebut. Karena itulah ia agak ragu saat sang paman mengajaknya memenuhi panggilan jihad, untuk sekali lagi berperang di Mesir, melawan raja Amalric. Dalam satu riwayat ia mengatakan, “Seakan jantungku ditoreh belati dan aku menjawab, ‘Demi Alloh, bahkan jika aku diberi seluruh kerajaan Mesir, aku tidak akan berangkat.” Akan tetapi Shirkuh tetap bersikeras mengajaknya. Yusuf berangkat, kenangnya kemudian, “seperti seorang lelaki yang diantar menuju kematiannya.” Namun, amir muda yang segan untuk berangkat ke Mesir itu suatu hari nanti akan menjadi salah seorang pahlawan yang paling mengagumkan dan paling berbakti dalam sejarah jihad. Ia dipuji baik oleh orang-orang timur dan barat. Namun segala keraguan Saladin akhirnya menghilang dan ia menjadi sosok prajurit-Alloh yang berani dan bersemangat. 8.)
Setelah berhasil mengusir pasukan Salib dari Mesir, Nuruddin Mahmud boleh dibilang menguasai Mesir. Sebagai wakil di Mesir, Salahuddin Al Ayyubi kemudian diangkat menjadi seorang wasir/perdana Menteri dengan gelar Al-Malik An-Nashir. Tidak lama kemudian, Nuruddin Mahmud meninggal secara tiba-tiba pada tanggal 15 Mei 1174 M, karena serangan jantung pada usia enam puluh tahun. Kematian Nuruddin disusul putranya, Malik Sholeh pada tahun 1181 M. Kematian sultan muda ini menjadikan Salahuddin Al Ayyubi sebagai pemegang kekuasaan untuk semua wilayah Nuruddin yang dahulu pernah ditaklukannya. Sejak itu, berdirilah Dinasti Ayyubiah, dengan Salahuddin Al Ayyubi sebagai sultan pertamanya.
Tidak lama setelah penobatannya sebagai seorang khalifah, salahuddin melakukan penaklukan demi penaklukkan yang amat brilian. Pada tahun 1181 Halb dan Mausil dapat ditaklukkan. Penaklukan Hittin pada tahun 1187 M, merupakan pangkal tolak pembebasan-pembebasan berikutnya seperti Nablus, Jericho, Ramallah, Caesarea, Asruf, Jaffa dan Beirut serta Ascalon, termasuk Yerusalem.
Saat-saat yang dinantikan umat Islam akhirnya datang juga. Setelah melakukan pengepungan selama beberapa hari, pada tangal 2 Oktober 1987 pasukan salahuddin Al Ayyubi berhasil menaklukkan Yerusalem. Akan tetapi Salahuddin tetap saja seorang yang amat lembut yang tak ingin menumpahkan darah, hingga saat berhadapan dengan Balian of Ibelin –pimpinan Kristen waktu itu- terjadi drama yang amat mengharukan.
''Aku Saladin, bukan mereka. Pergilah ke negeri-negeri Kristen ....'' Yerusalem, 1187. Di luar gerbang kota suci itu, Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (Saladin) berdiri tegap berhadapan dengan Balian of Ibelin, panglima Tentara Salib. Di pinggang kanan kedua perwira itu terhunus pedang tajam. Keduanya bersiaga untuk saling bunuh.
Ratusan ribu tentara Islam berbaris di belakang Saladin. Dari balik gerbang, warga Kristen menanti dengan cemas pertemuan itu. Sebagian Yerusalem sudah hancur. Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana. Di belakang Balian, ribuan Tentara Salib bersiap menyerang. ''Ketika Tentara Salib merebut Yerusalem seratus tahun lalu, seluruh Muslim dibantai,'' Balian mulai pembicaraan.
Saladin tersenyum. Matanya menatap tajam lawan bicaranya. ''Aku Saladin, bukan mereka. Pergilah ke negeri-negeri Kristen, bawa pasukan dan rakyatmu yang memang ingin pergi. Tak ada pembunuhan,'' kata Saladin.
''Jika begitu, aku serahkan Yerusalem kepada Anda,'' balas Balian. Saladin menyalami Balian. Keduanya kembali ke pasukan masing-masing. Warga Kristen dan Tentara Salib menyambut suka cita hasil perundingan dua pemimpin besar itu. Mereka pun memuji-muji dengan meneriakkan nama Balian dan Saladin. Yerusalem pun dikuasai kaum Muslim yang disebut juga Saracen. Tak lama setelah itu, rombongan pengungsian beriring-iringan meninggalkan Yerusalem, termasuk adik raja Baldwin, Sibyll. 9.)
Pada perkembangan berikutnya, pasukan Islam boleh dibilang berhasil mengusir Tentara Salib pulang ke Eropa dengan cara yang menyakitkan pada bulan September 1192 M. Sejak itu, umat Islam hidup dengan tenang dan mulai membangun kembali peradaban yang pernah rusak dalam peperangan yang panjang dan amat melelahkan itu. Salahuddin lebih banyak mengabdikan hidupnya dengan pembangunan sarana dan prasarana guna mensejahterakan rakyatnya. Ia membangun banyak masjid, rumah sakit dan sarana-sarana umum lainnya. Pada tanggal 4 Maret 1193 Salahuddin meninggal dunia dikarenakan sakit yang memang sudah dideritanya sejak lama. Bagaimanapun, ia merupakan sosok yang amat sederhana. Kesederhananaannya boleh dibilang mewarisi para pendahulunya di masa lalu, seperti Nabi Muhammad SAW 10.), Umar ibn Khattab11.), ataupun Umar bin Abdul Aziz 12.). Hal itu tergambar saat kurir yang membawa berita kematian Salahuddin ke Baghdad hanya membawa ikat kepala dari baja, kudanya, satu dinar dan 36 uang dirham uang tunai sebagai warisan untuk keluarganya. Selain kesedehananan, ia juga merupakan seorang pemimpin yang adil, bahkan terhadap musuhnya sekalipun. 13.)

Selasa, 10 Maret 2009

Yang Muda Yang Bertaqwa


Suatu hari Ir. Soekarno pernah berkata : "Berikan kepadaku 1000 orang tua aku sanggup mencabut Semeru dari uratnya. Tapi berikan kepadaku 10 pemuda, maka aku sanggup menggoncangkan dunia.”
Kalian tentu tidak asing dengan kata-kata itu. Sebuah ungkapan yang sederhana namun penuh makna. Kalimat yang singkat, namun bertenaga. Ada pesan yang ingin disampaikan, bahwa dalam diri generasi muda ada kekuatan besar yang mampu mengguncang dunia.
Remaja, pemuda, adalah aset yang sangat strategis yang menjadi harapan umat. Masa muda adalah tahapan hidup yang paling potensial. Masa remaja merupakan masa memuncaknya potensi, baik potensi fisik maupun potensi akalnya. Kehidupan kaum muda begitu dinamis dan selalu menginginkan perubahan. Mereka menginnginkan keadaan yang lebih baik bagi kehidupan dan perikehidupannya. Manakala potensi ini dimaksimalkan, dimunculkan dengan cara yang sebaik-baiknya, akan tercipta sosok generasi yang akan mengukir sejarah peradaban manusia, mengubah keadaan dunia menuju kegemilangan peradaban.
Sejak dahulu hinga sekarang, dan di masa mendatang, pemuda merupakan pilar utama dalam setiap kebangkitan. Kehadiran pemuda adalah sebagai agen perubahan. Peran serta dan sumbangsihnya tidak akan pernah “tercecer” dari perjalanan zaman. Hasan Al Banna mengatakan bahwa pada setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Pada setiap pemikiran, pemuda adalah pengibar panji-panjinya.
Rasulullah pun senantiasa memberikan perhatian khusus kepada para pemuda. Banyak diantara sahabat beliau adalah pemuda, kegemilangan dan prestasi yang telah mereka ciptakan sangat memukau dan dijadikan teladan. Ketika beliau diangkat menjadi Rasul dalam usia 40 tahun, hampir semua pengikutnya adalah para pemuda. Ia lebih tua dua tahun dari Abu Bakar, empat tahun lebih tua dari Umar bin Khattab, dan hampir semua sahabat pada masa awal adalah pemuda. Kita melihat sosok Ali bin Abi Thalib yang dalam usia 12 tahun telah berjuang bersama Rasulullah SAW menyebarkan Islam. Kita pun bisa melihat sosok Bilal bin Rabah seorang hamba sahaya yang masih muda, yang tabah menghadapi siksaan. Demikian pula Amar bin Yasir, Abu Dzar Al-Ghifari, Mas'ab bin Umair, Zaid bin Haritsah, atau Ja'far bin Abi Thalib, semuanya adalah pemuda.
Mengapa demikian?

Saat-Saat Meraih Bintang

Mereka, para pemuda dan remaja dengan segala potensi yang dimiliki saat itu, berada dalam posisisi memuncak. Dengan ketajaman akal dan kekuatan fisik, para pemuda adalah sosok yang tak pernah berhenti bergerak. Dinamisme itu, memaksa mereka terus mencari hal-hal baru. Di dalam diri mereka selalu dipenuhi berbagai macam idealisme. Hal ini didukung oleh karakter remaja dengan semangat berapi-api, pantang menyerah, dan “penuh kepolosan”. Kepolosan itu mengantarkan mereka menjadi sosok yang tangguh, yang selalu dibakar oleh kekuatan iman dan kekuatan fisik yang mengelora. Meskipun tak jarang, kepolosan itu membuat pemuda terjebak oleh hal-hal yang sifatnya negatif. Menurut salim A. Fillah usia remaja adalah “fase lembab manusia”. Ibarat tanah yang lembab, apapun memiliki kesempatan tumbuh dari kelembababn itu, apakah itu jamur beracun atapun pepohonan yang bermanfaat. Saat itu, sisi kekanakan menajam dan kedewasaan menjanin. Segala sesuatu menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Agar kelembaban itu tak menjadi sia-sia. Agar kelembaban itu menjadi awal terpancangnya ketegaran keyakian sejati.
Rosululloh SAW bersabda:
Saya wasiatkan para pemuda kepadamu dengan baik, sebab mereka berhati halus. Ketika Alloh mengutus diriku untuk menyampaikan agama yang bijaksana ini, maka kaum mudalah yang pertama-tama menyambut saya, sedang kaum tua menentang saya.

Perjuangan Ini Bukan Tanpa Hambatan
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: 'Kami telah beriman' , sedangkan mereka tidak diuji lagi?" . (Al-'Ankabut:1-2).
Sebagai agen perubahan, seorang pemuda tidaklah cukup dengan beretorika dan beridealisme, akan tetapi diperlukan sebuah tindakan nyata sebagai wujud keseriusan dalam berjuang. Perjuangan untuk sebuah perubahan besar tidaklah mudah untuk dilewati. Tentu, jalan yang akan dilalui tidaklah semulus yang dibayangkan. Di sana sini, akan dihadapkan oleh hambatan dan rintangan, onak dan duri, serta musuh yang mengintai dari tempat yang tersembunyi.
“jalan kebenaran, tak akan selamanya sunyi, ada ujian yang datang melanda, ada perangkap menuju mangsa” (saujana)
Semakin besar perubahan yang diinginkan, semakin besar pula tantangan yang harus dihadapi. Dibutuhkan pula pengorbanan yang tidak sedikit jumlahnya. Kesungguhan para pemuda kembali di uji. Sampai dimanakah batasan kemampuan mereka untuk mengubah keaadan, untuk memperbaiki carut marut dunia, sampai dimanakah komitmennya di dalam menyampaikan kalimat Alloh di muka bumi ini. Agar mereka dapat menyadari bahwa di dalam kesulitan itu, ada romantisme yang mengantarkan menjadi sosok pejuang sejati.
Keseriusan dalam berjuang, akan membawa hikmah dalam hasil. Kematangan dalam jiwa, akan membawa bunga dalam akhlak. Ketajaman dalam akal, akan membawa belati dalam fikir. Keramahan dalam senyum, akan membawa bahagia dalam hati.
Perlu diingat saudaraku, dalam perjuangan akan begitu banyak tantangan ataupun musuh yang akan dihadapi. Musuh-musuh itu akan datang dari arah mana saja bahkan dari tempat yang tak terduga. Terkadang mereka menyerang dari tempat yang tersembunyi. Maka, waspadalah! Waspadalah wahai pemuda! Jangan sampai dirmu terjebak perangkap musuh atau engkau takkan mampu bangkit lagi!
Setidaknya ada dua lawan yang harus dikalahkan. Pertama adalah tantangan yang datang dari dalam diri mereka sendiri. Tantangan itu berupa kelabilan, sikap emosional, ketergesaan dan “kepolosan”. Kepolosan itu sering kali membuat mereka tertipu, menghanyutkan diri dalam maksiat dan kenistaan hidup. Godaan yang datang sungguh terasa begitu berat. Mengendalikan nafsu bagi seorang pemuda tidaklah gampang. Potensi kekuatan akal dan pikirannya harus mampu mengalahkan kelabilan jiwa dan nafsu keduniaan yang menggebu. Sebagai penghargaan Alloh SWT berfirman, “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhan-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya) (QS: An Nazi’at : 40-41)”
Tantangan kedua adalah tantangan yang berasal dari lingkungan sekitar. Tantangan itu berupa keadaan yang tidak mendukung. Keadaan itu antara lain, medan yang buruk, minimnya sarana dan prasarana, terbatasnya dukungan dana dan sumber daya manusia, hingga penolakan dari kaum yang telah mapan (status quo). Selama perjuangan itu untuk menegakkan kebenaran, sedikitpun, mereka tidak boleh merasa gentar. Perjuangan itu harus diselesaikan, walau nyawa harus dipertaruhkan.
....seandainya mereka mampu meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan (dakwah) ini, maka sekali-kali aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkannya atau aku yang binasa karenannya". (al hadist)

Karena Waktumu Begitu Singkat
Masa remaja adalah saat yang sangat penting. Para remaja telah meninggalkan masa kekanakan yang terus beranjak semakin kuat, dan belum berjumpa dengan segala kerentaan masa tua. Saat kemampuan memuncak, sudah sepantasnya digunakan dengan sebaik-baiknya. Karena usia muda tidaklah lama, kekuatan yang ada tidaklah selamanya ada. Perlahan kegagahan itu akan segera beranjak dari tempatnya. Sedikit demi sedikit masa-masa penuh gairah itu segera pergi dan akan digantikan dengan kerentaan masa tua. Terkadang para pejuang itu lupa, bahwa dunia ini fana, dan mereka harus segera mencari pengganti. Alloh SWT berfirman;
“Demi masa, sesungguhnya menusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran (Q.S. Al ‘Ashr: 1-3)
Begitu pentingnya masa-masa muda, Rosululloh SAW bersabda:
Raihlah lima perkara sebelum datangnya yang lima. Masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, kesempatanmu sebelum sempitmu, dan hidupmu sebelum matimu (HR. Muslim)
Maka, waktu untuk besantai telah usai saudaraku, kewajibanmu lebih banyak dari waktu yang ada. Lakukan apa saja yang engkau bisa, demi sebuah perubahan. Mulailah dari diri sendiri!, dari hal yang terkecil!, dari sekarang!. Karena, tugas itu begitu mulia, semulia para syuhada yang syahid di medan laga. Jemputlah panggilan itu selagi bisa, sebelum engkau menjadi tua, sebelum sang waktu terhenti dari peredarannya.

Pembukaan


Teman-temin....
Alkhamdulilah.... puji sukur kehadirat Alloh SWT yang senantiasa melimpahkan kasih sayang kepada kita semua. atas berkah dan karunianya.... alkhamdulillah pada malam hari ini hari Selasa, tanggal 10 Maret 2009 (Pas ulang tahunku yang ke 25 di tambah 6 bulan) Blog pribadiku akhirnya bisa terbit. Blog ini sengaja saya buat untuk menjadi tempat mencurahkan segala uneg-unegku, tulisan2 pribadiku yang belum sempat diterbitkan oleh surat kabar (gimana mau diterbitkan, wong dikirim juga belum...) ajang diskusi dengan teman-temin yang lain, untuk itu saya sangat berharap kepada seluruh pembaca sudi memberikan komentar, masukan, cacian, makian dan lain sebagainya.... tentunya yang bersifat membangun.... semoga teman-temin yang membaca blog ini, apalagi memberikan komentar..... diberikan kesehatan, yang sedang belajar semoga dimudahkan, dan dapat nilai yang bagus2, yang lagi nyari kerja, semoga cepet di panggil, yang belum menikah segera didekatkan jodohnya, yang belum punya anak semoga cepat didatangkan rejekinya, dan yang sakit semoga lekas sembuh.... dan akhirnya.... saya ucapkan selamat membaca